Semampir, 18 Juni 2025 — Siapa bilang belajar matematika itu menegangkan? Di aula sederhana LKSA Muhammadiyah Semampir, suasana justru dipenuhi tawa, semangat, dan antusiasme anak-anak yang sedang asyik bermain… dengan angka.


Di balik papan tulis berdiri sosok bersahaja namun penuh energi: Mbak Fiya, Kepala Urusan Pendidikan LKSA. Hari itu, ia memandu kelas matematika dengan gaya yang jauh dari membosankan. Permainan logika, soal-soal tantangan, hingga diskusi santai menjadi bagian dari cara ia menghidupkan pelajaran yang sering dianggap “momok” oleh banyak anak-anak.

“Matematika itu soal rasa. Kalau sudah dibuat nyaman, mereka akan berani mencoba dan akhirnya menikmati proses belajarnya,” ujar Mbak Fiya sambil mengamati anak-anak yang fokus untuk menjawab soal.

Anak-anak duduk melingkar dalam kelompok kecil, masing-masing berbekal buku catatan dan semangat luar biasa. Tak ada tekanan. Tak ada intimidasi. Yang ada hanyalah dorongan untuk tumbuh dan berkembang. Inilah cara LKSA Muhammadiyah Semampir membangun pendidikan: menyentuh hati terlebih dahulu, baru mengasah pikiran.

Program ini bukan sekadar pengajaran matematika. Ia adalah cermin dari komitmen lembaga untuk menghadirkan pendidikan yang bermakna bagi anak-anak asuh. Di tengah keterbatasan, mereka tetap berhak mendapatkan pengajaran terbaik, dari hati yang tulus.

“Kami ingin anak-anak di sini tidak hanya bisa mengaji, tapi juga bisa bersaing secara akademik. Matematika adalah bagian dari itu. Kami bantu mereka mencintai prosesnya,” tambah Mbak Fiya yang dikenal dengan ceriwis membimbing anak – anak satu per satu.

Kegiatan belajar rutin ini adalah bagian dari langkah nyata untuk mencetak generasi yang tangguh: cakap secara spiritual, terampil secara akademik, dan siap menghadapi tantangan hidup dengan bekal ilmu dan kepercayaan diri.

Di tangan para pendidik seperti Mbak Fiya, matematika bukan sekadar pelajaran. Ia berubah menjadi jembatan harapan, menuju masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak panti. (Humas)