Ahmad Fathullah, M.Pd

Oleh: Ahmad Fathullah, M.Pd

Hari ini kita akan membahas satu fenomena penting yang sering kita lihat menjelang tanggal 10 Muharram, yaitu peringatan Asyura yang dilakukan oleh kelompok Syiah Rafidhah. Mereka memperingati wafatnya Sayyidina Husain bin Ali رضي الله عنه dengan cara-cara yang tidak diajarkan dalam syariat Islam, bahkan bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah.

MITOS DALAM RITUAL ASYURA SYIAH

Mereka meyakini bahwa kematian Husain adalah penebus dosa umat. Ini adalah akidah batil. Dalam Islam:

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
“Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Al-An’am: 164)

Mereka juga menyebut hari Asyura sebagai hari celaka dan penuh kutukan. Padahal Rasulullah SAW bersabda:


هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ، هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ فِرْعَوْنَ
“Ini adalah hari baik, hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Fir’aun.” (HR. Bukhari)

KESESATAN RITUAL ASYURA SYIAH

1. Melukai diri (Tatbir/Qama):
Mereka melukai kepala dan badan dengan pedang sebagai bentuk duka. Ini bukan ibadah, tapi bentuk menyakiti diri sendiri yang dilarang dalam Islam:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan dari golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan berteriak dengan seruan jahiliyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Ratapan dan drama duka (Niyahah):
Padahal Nabi bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya mayit disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.” (HR. Bukhari)

3. Berdoa kepada Husain:
Mereka memohon pertolongan kepada Imam Husain, padahal:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah, maka janganlah kalian menyembah seorang pun selain Allah.” (QS. Al-Jinn: 18)

4. Menganggap Karbala lebih mulia dari Makkah:
Ini bertentangan dengan sabda Nabi Muhammadi SAW bersabda:
وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ، وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ
“Demi Allah, engkau (wahai Makkah) adalah sebaik-baik dan paling dicintai bumi oleh Allah.” (HR. Tirmidzi)

SIKAP AHLUS SUNNAH

Ahlus Sunnah wal Jamaah memperingati Asyura dengan puasa sunnah, bukan ratapan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Aku berharap kepada Allah, puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Janganlah kita tertipu oleh mitos-mitos Asyura yang disusupi oleh paham Syiah. Mereka menjual kesedihan demi menyebarkan ideologi. Padahal Islam adalah agama yang berdasarkan wahyu dan sunnah, bukan ratapan dan darah.

Mari kita luruskan niat, ikuti Rasulullah, dan jaga keluarga kita dari pemahaman yang menyimpang.