Oleh: Moch. Alfandi Bachris, Sekretaris PCPM Semampir

Pamsemampir.com – Sejarah tidak pernah berubah: setiap gelombang perubahan besar selalu dimulai dari tangan-tangan muda. Dari Sumpah Pemuda, kemerdekaan, hingga reformasi—selalu ada sekelompok anak muda yang memilih bergerak saat orang lain diam.

Pertanyaannya, mengapa peran pemuda begitu vital hingga tak pernah bisa digantikan? Jawabannya sederhana namun mendalam: karena pemuda punya tiga kekuatan yang menjadi bahan bakar utama perubahan—energi, idealisme, dan keberanian.

Pertama, energi. Pemuda memiliki kekuatan fisik dan mental yang luar biasa. Mereka sanggup bergerak cepat, berpindah dari satu agenda ke agenda lain, bahkan rela begadang demi menyelesaikan pekerjaan. Energi ini adalah bahan bakar yang membuat perubahan sosial dapat bergerak dengan ritme yang dinamis. Dalam situasi yang membutuhkan respon cepat—bencana, konflik, atau momentum politik—pemuda selalu menjadi barisan pertama yang bergerak.

Kedua, idealisme. Pemuda memandang dunia dengan mata yang masih jernih. Mereka berani bermimpi tentang masa depan yang lebih baik, tanpa terikat pada kepentingan sempit atau kalkulasi keuntungan pribadi. Idealisme inilah yang membuat mereka rela berkorban waktu, tenaga, bahkan kenyamanan demi sebuah cita-cita yang diyakini. Dalam sejarah, gerakan pemuda sering kali menjadi motor lahirnya gagasan-gagasan pembaruan yang kemudian diadopsi oleh masyarakat luas.

Ketiga, keberanian. Pemuda tidak takut mencoba hal baru. Mereka siap menantang kebiasaan lama yang sudah tidak relevan, berani melawan arus ketika kebenaran harus diperjuangkan. Keberanian ini kadang dianggap nekat, tetapi justru di situlah letak kekuatan perubahan. Tanpa keberanian, perubahan akan terhenti di wacana.

Dalam konteks sosial hari ini, tantangan yang kita hadapi jauh berbeda dengan masa lalu. Ketidakadilan sosial, kemiskinan, krisis lingkungan, dan degradasi moral menjadi masalah yang semakin kompleks. Namun, di sisi lain, kita memiliki teknologi yang membuka peluang baru. Media sosial, platform digital, dan jaringan global memberi ruang bagi pemuda untuk menyuarakan ide, membangun solidaritas, dan menggerakkan aksi nyata.

Sayangnya, potensi besar ini bisa padam jika pemuda terjebak dalam zona nyaman. Rasa puas dengan hiburan instan, kecanduan gawai, atau takut mengambil risiko dapat membuat mereka kehilangan peran strategisnya. Di sinilah pentingnya organisasi seperti Pemuda Muhammadiyah: menjadi wadah pembinaan yang menyalakan kembali semangat, membentuk karakter, dan mengarahkan energi pemuda ke arah yang bermanfaat.

Bagi Pemuda Muhammadiyah, peran dalam perubahan sosial adalah bagian dari dakwah amar makruf nahi mungkar. Gerakan kita bukan hanya soal aksi kemanusiaan atau advokasi sosial, tetapi juga mewujudkan nilai-nilai Islam berkemajuan di tengah masyarakat. Kita hadir untuk menawarkan solusi, menjadi teladan, dan memimpin gerakan yang membawa manfaat nyata bagi umat dan bangsa.

Kita bisa belajar dari sejarah Muhammadiyah itu sendiri. K.H. Ahmad Dahlan memulai gerakannya di usia muda. Ia mengajak murid-murid dan rekan sebayanya untuk mendirikan sekolah, mengajarkan ilmu, dan memurnikan ajaran Islam. Semangat muda inilah yang membuat Muhammadiyah mampu bergerak cepat dan melampaui zamannya. Hingga kini, semangat itu tetap relevan: bahwa pemuda bukan sekadar penerus, tetapi pelanjut perjuangan yang mampu memimpin perubahan.

Perubahan sosial tidak akan berjalan jika hanya mengandalkan generasi yang sudah mapan. Pemuda harus menjadi ujung tombak, sementara generasi senior menjadi penuntun yang memberi hikmah. Sinergi dua generasi ini adalah resep keberhasilan gerakan yang berkelanjutan.

Kepada seluruh pemuda, ingatlah: sejarah hanya mencatat mereka yang berani mengambil langkah pertama. Jangan menunggu semua kondisi sempurna untuk bergerak. Perubahan besar berikutnya mungkin saja menunggu langkahmu hari ini.

Pemuda bukan hanya harapan masa depan—mereka adalah pelaku perubahan masa kini. Dan peran itu, sekali lagi, tidak bisa ditunda, apalagi digantikan.

By Alfandi