Oleh: M. Tri Rafli P.A, Ketua PCPM Semampir
Kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan hasil dari perjuangan panjang yang penuh pengorbanan. Di balik setiap babak sejarah kemerdekaan Indonesia, selalu ada peran besar para pemuda. Mereka tidak hanya menjadi pelengkap cerita, tetapi justru menjadi penggerak utama, merajut mimpi besar bangsa ini dengan semangat yang menyala-nyala.
Sejak peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, para pemuda Indonesia telah menunjukkan bahwa persatuan dan cita-cita bersama adalah modal utama menuju kemerdekaan. Mereka datang dari latar belakang berbeda, namun tekad mereka sama: Indonesia merdeka. Inilah yang menjadi benang merah perjuangan generasi demi generasi.
Kita tidak boleh melupakan, bahwa kemerdekaan 17 Agustus 1945 pun tak lepas dari keberanian pemuda. Peristiwa Rengasdengklok adalah bukti bahwa pemuda berani mengambil risiko demi mempercepat proklamasi. Mereka paham, bahwa menunggu terlalu lama berarti memberi kesempatan kepada penjajah untuk mengatur ulang kekuasaannya.
Kini, setelah 80 tahun lebih kemerdekaan diraih, tugas kita sebagai pemuda belum selesai. Kemerdekaan bukan hanya soal bebas dari penjajahan fisik, tapi juga bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Tantangan zaman memang berubah, tetapi semangat juang harus tetap sama—bahkan lebih kuat.
Sebagai pemuda Muhammadiyah, kita punya tanggung jawab ganda: menjaga nilai-nilai perjuangan bangsa sekaligus membawa dakwah berkemajuan ke tengah masyarakat. Kita harus menjadi agen perubahan yang tidak hanya kritis terhadap persoalan, tetapi juga kreatif dalam mencari solusi.
Kemerdekaan sejati lahir ketika rakyatnya berdaya. Pemuda harus hadir di tengah-tengah problem sosial, menjadi jembatan bagi mereka yang membutuhkan. Baik di bidang pendidikan, ekonomi, teknologi, maupun moralitas, kita dituntut untuk bergerak.
Hari ini, perjuangan bisa diwujudkan dalam banyak bentuk. Mengajar anak-anak di kampung, memulai usaha yang membuka lapangan kerja, mengadvokasi kebijakan publik, hingga menggerakkan komunitas peduli lingkungan. Tidak ada aksi yang terlalu kecil selama dilakukan dengan hati yang besar.
Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dalam panggung besar bangsa ini. Pemuda harus menjadi pemain utama yang menulis sejarahnya sendiri. Seperti para pendahulu yang berani bermimpi dan berjuang untuk mewujudkannya, kita pun harus berani menetapkan mimpi besar bagi Indonesia.
Namun, bermimpi saja tidak cukup. Perlu ada kerja nyata, kolaborasi, dan komitmen. Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil gotong royong para pejuang dari berbagai latar belakang. Artinya, masa depan Indonesia pun hanya bisa dibangun jika kita bersatu, menghargai perbedaan, dan bekerja bersama.
Di era digital ini, peran pemuda semakin strategis. Akses informasi yang cepat memberi kita peluang untuk bergerak lebih efektif. Namun, kita juga harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam budaya instan. Perubahan besar selalu membutuhkan proses, kesabaran, dan ketekunan.
Mari kita jadikan kemerdekaan sebagai bahan bakar untuk berbuat lebih banyak. Jangan biarkan usia muda ini lewat tanpa meninggalkan jejak berarti. Karena suatu saat, sejarah akan menulis, bahwa generasi kita adalah generasi yang tidak hanya menikmati kemerdekaan, tetapi juga mengukir kejayaan bangsa.
Kemerdekaan itu amanah. Dan amanah itu harus kita jaga dengan karya, bukan sekadar kata.