Oleh: Bunga Clara Sannyta
Sekretaris Bidang Perkaderan PC IPM Semampir

Pamsemampir.com – IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) adalah ruang belajar pertama saya dan kakak, Moch. Alfandi Bachris. Kami sama-sama tumbuh dalam semangat kaderisasi dan gerakan kepemudaan di Semampir, Surabaya. Bedanya, Alfandi memulai lebih dulu, membuka jalan bagi saya untuk mengenal dunia organisasi yang penuh tantangan sekaligus pelajaran berharga.

Dari awal, IPM bukan hanya sekadar tempat nongkrong atau aktivitas biasa. Di sana, kami belajar banyak: mulai dari mendengarkan materi, memahami istilah organisasi, hingga menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab. Kakak saya yang kini menjabat sebagai Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Semampir sering menunjukkan bagaimana berorganisasi itu soal dedikasi, bukan sekadar prestise.

Saya pun bergabung bukan karena ikut-ikutan, tapi untuk merasakan langsung proses kaderisasi yang katanya “mengubah cara pandang.” Dan memang benar, IPM mengajarkan kami untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan berani menyuarakan pendapat. Bekerja dalam tim dan menghargai proses adalah inti dari kaderisasi yang dijalankan di IPM.

Kini, kami berdua melaju di dua arah kaderisasi yang saling melengkapi. Alfandi melanjutkan kiprahnya di Pemuda Muhammadiyah Semampir, sedangkan saya fokus menguatkan perkaderan di PC IPM Semampir. Meski berbeda forum, semangat membangun kader dan memperkuat gerakan kepemudaan tetap sama.

Diskusi kami sebagai kakak-adik soal dinamika organisasi adalah bagian dari perjalanan kaderisasi kami. Kadang berbagi pengalaman saat jeda acara, kadang bertukar pandangan tentang tantangan kepemudaan di masing-masing organisasi. Perbedaan cara pandang justru memperkaya cara kami membangun kepemimpinan dan pelayanan.

Saya belajar bahwa kaderisasi bukanlah titik akhir, melainkan proses berkelanjutan yang menuntut kematangan dan kesiapan menghadapi tantangan baru. Melihat kakak yang berperan di Pemuda Muhammadiyah membuka mata saya bahwa fondasi yang dibangun di IPM sangat krusial untuk melanjutkan estafet kepemimpinan.

Cerita kami mungkin sederhana, tapi maknanya mendalam. Organisasi seperti IPM dan Pemuda Muhammadiyah harus terus hidup melalui kader yang bukan hanya siap memimpin, tapi juga siap melayani dengan integritas tinggi.

Bagi saya, tumbuh bersama IPM dan memiliki kakak yang aktif dalam jalur gerakan adalah anugerah terbesar. Saya punya panutan, teman diskusi, dan pengingat bahwa setiap keputusan organisasi membawa konsekuensi yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Meski perjalanan saya masih panjang dan belum jelas ke mana akan berakhir, satu hal yang pasti: IPM telah membentuk karakter saya, sebagaimana ia membentuk kakak saya dulu. Bersama, kami akan terus mengawal nilai-nilai kaderisasi dan memperkuat gerakan kepemudaan di mana pun kami berada.

By Alfandi